Wednesday 30 April 2014

Kaderisasi KM-ITB

Ketika selesai menjalankan amanah sebagai Menteri Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) KM-ITB periode 2012-2013, saya sering mendapatkan beberapa pertanyaan mengenai arti dari sebuah kaderisasi. Sambil membuka isi dari email-email lama yang saya kirim, saya menemukan beberapa tanya jawab yang terjadi mengenai arti kaderisasi tersebut. Rasanya tidak salah jika saya sedikit membagi seputar tanya jawab mengenai kaderisasi yang ditanyakan oleh salah satu teman dan adik saya yang berasal dari Sekolah Tinggi di Bogor.
  • Menurut kakak hal utama dan terpenting dari kaderisasi mahasiswa itu apa dan gimana? 
Menurut saya hal utama dan terpenting dari kaderisasi mahasiswa adalah proses "belajar & mengalami". Kenapa proses belajar & mengalami, karena proses belajar & mengalami ini sudah mencakup seluruh kebutuhan manusia untuk memahami satu lingkup permasalahan maupun kondisi. Proses belajar & mengalami ini menjadi suatu kompilasi dalam pembelajaran yang utuh, tidak hanya memahami satu konteks kondisi dari pandangan teoritis semata, tapi juga pada tahap aplikasi yang berujung pada refleksi lalu merenung, sehingga pada akhirnya dia tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Setiap individu punya nilai pembelajarannya masing-masing, memiliki nilai-nilai pengalamannya sendiri-sendiri, dan pada akhirnya akan punya cara masing-masing dalam memberikan solusi bagi sebuah permasalahan dan kondisi. 

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada yang namanya Rancangan Umum Kaderisasi (RUK) KM-ITB. RUK ini secara formal adalah landasan yang dipegang bersama-sama dalam membentuk profil di masing-masing tingkat. Tujuan akhirnya adalah bagaimana Kampus ITB dapat menghasilkan profil Sarjana ITB sesuai dengan materi dan step-step yang ada dalam RUK tersebut termasuk memenuhi profil di masing-masing tingkat. 

Namun disini saya tidak akan berbicara mengenai suatu bentukan profil yang harus dicapai, saya juga tidak akan berbicara masalah Rancangan Umum Kaderisasi (RUK) KM-ITB. Saya lebih ingin memberikan satu pemahaman bahwa RUK dan sebagainya mungkin ada, tapi nilai-nilai yang muncul hanya bersifat teoritis, dan justru kadang menjadi satu hal yang mengekang dan menghilangkan esensi mengenai kaderisasi itu sendiri bagi proses perkembangan seorang manusia. RUK boleh kita jadikan referensi, tapi tidak sepenuhnya kita jadikan satu pegangan kaku dalam proses pembelajaran. 

Nilai yang dihasilkan dari setiap individu dalam proses kaderisasi serta perkembangannya itu bermacam-macam. Banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari internal individu itu sendiri dan yang terpenting menurut saya adalah seberapa mau dan mampu dia belajar, seberapa ingin dan banyak dia mengalami, hingga akhirnya seberapa jauh dia mampu memaknai proses keduanya. Standar perkembangan individu tidak bisa dibakukan, karena akhirnya bergantung pada sejauh mana individu ini mau berkembang termasuk antusiasmenya terhadap suatu hal. Hal yang perlu kita kejar adalah bagaimana membangun "rasa keinginannya untuk belajar", lalu memfasilitasinya dalam proses "mengalaminya". 
  • Oskm di itb sudah jadi agenda kaderisasi yang dibakukan sejak kapan? Pelaksana lapangan siapa dan Penanggung Jawab atau konseptornya siapa? 
OSKM itu sebetulnya tidak baku. Bisa saja OSKM ini dihilangkan jika memang tidak sesuai kondisi zaman. Secara historis OSKM mulai ada dari semenjak KM-ITB ini belum ada. Saat itu namanya masih Dewan Mahasiswa, beserta perangkat-perangkat lainnya dalam sistem kemahasiswaan ITB. Keberadaan OSKM sendiri (*mungkin lebih tepatnya event/metode kaderisasi dan penerimaan maba) muncul dengan format-format yang berbeda, balik lagi tergantung dari bagaimana bentukan sistem kemahasiswaan saat itu. Siapa yang memegang kaderisasi di kemahasiswaan saat itu dan apa yang ingin dicapai di masing-masing periode tersebut. Hal ini yang mempengaruhi ada/tidaknya OSKM, bentuk acara OSKM, nilai yang ingin disampaikan, dsb. Ya, kalau sampai saat ini sih event.metode penerimaan mahasiswa baru masih dirasa penting, makanya dalam sistem kemahasiswaan kami disepakati untuk ada OSKM. Dilihat dari pengejawantahan visi dan misi presiden yang menjabat, lalu GBHP yang menjadi landasan bagi pembentukan program kerja (salah satunya program dan metode kaderisasi), dan dicocokan dengan RUK sebagai landasan formal kaderisasi maka munculah program kerja OSKM ini.

Kalau bicara teknis pembentukan OSKM sampai tahap eksekusi, yang biasanya dilakukan adalah beberapa pembagian wewenang. Untuk membentuk tujuan, output, dan outcome yang dihasilkan dari OSKM, itu kewenangan Menteri PSDM. Pembentukan tujuan, output, dan outcome ini sendiri didasarkan pada hasil kajian, analisis dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber yang paling penting antara lain : a. RUK KM-ITB; b. Visi dan Misi Kabinet; c. GBHP; d. Analisis Kondisi/Kebutuhan dan aspirasi dari Massa Kampus. Setelah materi-materi tersebut diolah, akhirnya muncul yang namanya Arahan OSKM. Arahan ini substansinya sudah mencakup seluruh hal, termasuk mengapa OSKM ini perlu ada serta seberapa penting OSKM ini untuk ada. Kemudian profil yang dihasilkan dari OSKM ini juga tercakup disitu.

Setelah arahan OSKM muncul, maka dibentuklah kepanitiaan. Menteri PSDM (saya) saat itu memilih untuk melakukan Open Recruitmen buat yang ingin jadi Ketua OSKM. Pembentukan kepanitiaannya nanti ketua OSKM lah yang melaksanakannya.
  • Rangkaian kaderisasi mahasiswa itb dari awal sampai akhir seperti apa dan apa saja rangkaian acaranya
Rangkaian kaderisasi mahasiswa yang umum ada di KM-ITB itu terbagi atas masing-masing tingkat. 
Tingkat Pertama biasanya lebih difokuskan pada kaderisasi terpusat (di kemahasiswaan terpusat seperti Kabinet) maupun di Unit Kegiatan Mahasiswa. Porsi besar untuk tingkat pertama ini ada di tangan PSDM KM-ITB untuk memfasilitasi mereka dalam beraktivitas dan berkembang. Ada juga kaderisasi wilayah (fakultas) yang dilaksanakan oleh masing-masing Fakulta (terdiri dari Himpunan-himpunan Jurusan di masing-masing fakultas sebagai pelaksananya).
Tingkat Kedua karena sudah penjurusan biasanya dilakukan kaderisasi di masing-masing Himpunan (Jurusan). Porsi besarnya ada pada Himpunan di masing-masing Jurusan. (Di ITB tidak ada BEM Fakultas, maupun Himpunan Fakultas)
Tingkat Tiga kaderisasi sudah mulai pada tahap memberi dan menerima. Artinya ketika tingkat tiga kebanyakan proses kaderisasinya adalah saat individu ini mulai mengemban tanggung jawab di masing-masing ranahnya. Ada yang di Himpunan, UKM, maupun di Kabinet sendiri.
Tingkat Empat adalah tingkat akhir yang kebanyakan nilai pembelajarannya sudah tidak lagi terpadu dan metodenya tidak terstandarkan. Ada yang lanjut dengan mengemban amanah di Kabinet KM-ITB, ada yang belajar di luar kampus, ada juga yang memanfaatkan fasilitas-fasilitas lain dalam berkembang. Kebanyakan memang tidak membebani tingkat Empat ini untuk terlibat lagi dalam proses kaderisasi karena fokusnya sudah pada Skripsi dan kelulusan. Hanya biasanya kami menjadikan Tingkat Empat ini sebagai Guardian of Value (SWASTA) yang membimbing adik-adiknya dengan membagi pengalaman serta ilmu-ilmu selama mereka beraktivitas di kampus ini.

Itu tadi secara umum mengenai proses kaderisasi yang ada, hanya saja kami sendiri masih kesulitan dalam mengukur ketercapaian profil dalam RUK khususnya melihat sudah seberapa tercapaikan profil Sarjana yang diinginkan di ITB ini. Kalau kita ingin tahu ketercapaiannya, tentu perlu ada proses standarisasi serta pengukuran, sehingga tercapai hasil yang valid. Namun kenyataannya pengukuruan tersebut belum menemukan metode yang pas dan terkesan mustahil dengan kuantitas mahasiswa yang sedemikian banyak (belasan ribu) dengan berbagai macam karakteristik. Maka dari itu menurut saya proses perkembangan seseorang tidak perlu distandarisasi, termasuk kaku dalam mengejar sebuah profil.
  • Profil mahasiswa seperti apa yang ingin diwujudkan oleh kaderisasi KM-ITB periode kakak? 
Kaderisasi yang ingin diwujudkan di zaman saya (untuk satu KM-ITB) sebetulnya cukup umum, yaitu kaderisasi yang terintegrasi dan terukur. Namun pada pelaksanaannya sulit untuk mengintegrasikan pemahaman yang sama dengan lembaga-lembaga yang ada dalam KM-ITB ini (Himpunan dan Unit). Dengan menyamakan persepsi sudah sulit apalagi dalam eksekusi metodenya. Hal ini dikarenakan karakteristik yang berbeda dari masing-masing lembaga (mulai dari kultur, sifat, dan arogansi). Selain karena sulitnya integrasi, sumber daya yang dimiliki oleh PSDM ini tidak cukup banyak (mulai dari waktu, manusia, dan keuangan). Jadi di awal memang harus ditetapkan PSDM KM-ITB ini bersifat sebagai Inisiator atau Koordinator. Di zaman saya diterapkan dua fungsi tersebut. Inisiator bagi angkatan termuda (sebagai fasilitator juga), koordinator bagi angkatan-angkatan diatasnya.
  • Kegiatan atau media pengembangan jati diri mahasiswa selain dari kepanitiaan ada apa lagi kak? Adakah event yang memang tujuannya adalah menjawab kaderisasi? 
Medianya tentu banyak dan bermacam-macam. Saya menyebutnya sebagai fasilitas. Fasilitas ini bisa berupa Kepantiaan, Komunitas, Event, Organisasi, bahkan termasuk Manusia. Jadi yang namanya pengembangan jati diri mahasiswa itu jangan cuma terpaku pada satu bentukan wadah yang umum, tapi coba lebih berpikir secara esensial lagi, bahwa lewat metode apapun dan media apapun yang terpenting adalah si individu ini mau belajar, mengalami kemudian memahami. Karena yang namanya pengembangan jati diri kan otuput yang ingin dihasilkan adalah Jati Diri yang Terkembang, maka jangan terlalu bingung dengan fasilitasnya harus seperti apa. Manfaatkan saja semua.
  • Setelah kaderisasi memberi 'asupan makanan' bagi mahasiswa, apa sih yang bisa dilakukan agar asupan makanan tersebut dapat tercerna dengan baik tidak hanya sebatas pengguguran kewajiban saja? 
Agar asupan tetap terjaga, ya tentunya kita harus mencoba merefleksikan kembali apakah asupan tersebut sudah sesuai dengan individu, kemudian apakah asupan tersebut sudah tercerna bisa kita ukur seharusnya. Pengukuran ini ya harus disiapkan jauh-jauh hari sebelum asupan ini diberikan kepada individu. Jadi kita tinggal melihat hasil dari asupan ini betul-betul tercerna atau tidak. Ibarat makanan, kita berikan pada orang yang sedang lemas. Kita tahu asupan ini tercerna pasti dengan melihat individu ini apakah jadi kuat, atau masih lemas. Kalau jadi kuat berarti asupan kita sesuai dan tercerna dengan baik. Tapi ketika masih lemas, perlu kita teliti apakah asupan ini tidak tercerna dengan baik, ataukah asupan ini tidak sesuai takarannya, apakah asupan ini bukan yang dibutuhkan, dan sebagainya. Jadi memberi asupan pun harus pas. 

Pesan saya yang paling penting dari memberi asupan adalah bagaimana pelaksanaan maintenance. Proses pemeliharaan asupan-asupan tersebut.

Oke, mungkin itu saja yang bisa saya berikan. Kalau ada yang kurang boleh ditanyakan kembali.

Terima Kasih

5 comments:

  1. Replies
    1. Kak,mau nanya kalo ITB yang di cirebon udah di buka belum pendaftaran nya?

      Delete
    2. Kak,mau nanya kalo ITB yang di cirebon udah di buka belum pendaftaran nya?

      Delete
    3. Wah maaf baru saya balas. Saya kurang tahu update kampus terkini, tapi sepertinya belum ada kabar ttg itu

      Delete

Kaderisasi KM-ITB

Ketika selesai menjalankan amanah sebagai Menteri Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) KM-ITB periode 2012-2013, saya sering mendapatk...