Monday 29 July 2013

Terima Kasih KM-ITB

Pada bulan Agustus tahun 2008 di suatu Institut Teknologi, kata orang susah masuk dan keluarnya ini, telah berkumpul suatu kelompok berisikan siswa-siswi lulusan SMA berseragam putih abu-abu yang kebingungan dan tidak tahu menahu apa yang akan mereka lakukan nantinya sebagai mahasiswa. Mereka, yang notabene berasalkan dari seantero penjuru negeri ini, dipertemukan dalam satu kelompok bernamakan “Kelompok 72”. Alasan mereka hadir saat itu adalah untuk mengikuti kegiatan INKM 2008 dan konon katanya wajib untuk diikuti sebagai seorang mahasiswa baru. Dari beberapa mahasiswa baru ini, terdapat satu mahasiswa slengehan yang bertingkah sok kenal sok dekat dengan teman di dalam kelompoknya. Seperti yang sudah kita duga, mahasiswa itu adalah saya sendiri alias Adityo Sumaryadi. Seakan terpaksa mengikuti rangkaian kegiatan INKM 2008 di awal, namun justru dari momen-momen kegiatan inilah saya mulai “terjebak” dengan aktivitas sebagai mahasiswa yang mencintai kegiatan dan sepak terjang organisasinya. 

INKM 2008 menjadi gerbang pembuka keingintahuan saya tentang bagaimana dunia mahasiswa ini berjalan, serta mulai membayangkan apa yang bisa saya lakukan untuk merubah wajah negeri ini serta mengenalkan saya tentang keberadaan KM-ITB. Padahal sewaktu SMA saya sama sekali tidak tertarik dengan dunia OSIS, hanya berkutat pada olahraga basket dan kenakalan remaja. Ketidaktertarikan saya sewaktu SMA dikarenakan wajah dari kegiatan OSIS yang terkesan eksklusif, monoton, dan terlihat “sok-sok an”. Beberapa hal tersebut memacu diri saya untuk membuktikan diri bahwa ketika nanti menjadi mahasiswa, saya akan bisa melebihi pemikiran-pemikiran mereka. Meskipun saat ini saya dianggap oleh lingkungan saya sebagai siswa yang slengehan, bodoh, dan bandel, namun saya yakin pada saat nanti menjadi mahasiswa, saya akan mampu berbicara mengenai permasalahan bangsa, bukan sekedar celotehan-celotehan mengenai kegiatan Pentas Seni di sekolah.

Semangat mencoba berbagai macam kegiatan mahasiswa didasarkan pada kegemaran saya mencari tantangan dan jati diri sebagai seorang individu. Hal ini mengantarkan saya pada dinamika organisasi dan kepanitiaan yang ditawarkan dalam kampus ini. Awalnya keinginan tersebut hanya didasarkan pada manfaat yang bisa saya dapat dan apresiasi yang bisa saya peroleh. Motivasi yang sifatnya egosentris ini seakan menjadi bahan bakar saya untuk selalu mencari tantangan baru dalam menapaki jenjang aktivitas kemahasiswaan. Kepercayaan dan prestasi yang saya dapat ketika memegang suatu kegiatan, kepanitiaan, maupun organisasi, semakin memunculkan ambisi dan kepercayaan diri yang begitu tinggi.  Mencari hal-hal yang bisa menjadi ajang pembuktian bahwa saya mampu dan suatu saat akan menjadi sang juara dimanapun saya berada. Ambisius sekali, namun lambat laun semua yang saya lakukan tersebut memberikan banyak pelajaran dan perubahan bagi diri saya. Pelajaran bagaimana menikmati setiap momentum aktivitas saya, pelajaran bagaimana menghargai waktu dan orang di sekitar kita. Sifat egosentris tersebut akhirnya malah berubah menjadi keinginan untuk menjadi bagian yang berarti bagi lingkungan saya.

Pada awalnya, bahan bakar yang menyala dalam hati dan pikiran ini membuat saya selalu tertantang untuk mencoba semua hal yang ditawarkan di dunia kemahasiswaan. Dimulai ketika saya menjadi staff di Kementerian PSDM. Kementerian ini menjadi tempat saya mulai mengerti lika-liku dunia mahasiswa. Kemudian saya pernah menjadi ketua kepanitiaan Sumpah Pemuda, menjadi Deputi Kajian dan Kurikulum di Kementerian PSDM, menjadi ketua pemilu HMP, menjadi komandan lapangan di MPAB HMP, dan menjadi Senator HMP. Di akhir masa bakti saya di dalam KM-ITB ini saya tuntaskan sebaga Menteri PSDM KM-ITB. Selain mengemban beberapa tanggung jawab dalam organisasi, saya juga aktif dalam berbagai macam kajian, kajian kebangsaan, aktivitas demo dan turun ke jalan, pengabdian masyarakat, hingga membantu korban bencana alam. Banyak sekali pelajaran yang saya dapat, perspektif baru dalam berpikir, dan suatu pengalaman yang menjadi keping-keping pelengkap ilmu kehidupan di setiap jenjang tanggung jawab yang saya emban saat itu.

Saya banyak berorientasi pada diri sendiri dan mencari manfaat untuk diri sendiri, baik itu di Himpunan maupun di kemahasiswaan terpusat. Saya mencoba mencari cara bagaimana saya tetap bisa mendapatkan manfaat di kedua ranah tersebut meskipun waktu seakan tidak mengizinkan kita untuk membagi perhatian pada keduanya. Sifat idealis, frontal dan terbuka dalam memberikan gagasan serta argumen membuat saya banyak terlibat dalam konfrontasi-konfrontasi forum. Cap aktivis dan pasivis sempat tersemat dalam pikiran ini untuk menilai identitas setiap individu. Sifat keras dan ambisi yang terus menyala terkadang membuat saya selalu berusaha memaksakan kehendak agar lingkungan saya mengikuti tempo dan kesibukan seperti yang saya miliki. Saya selalu berusaha bersikap idealis dan menegaskan kepada lingkungan saya bahwa konsekuensi kita setelah memutuskan berorganisasi adalah mengabdi bagi organisasi tersebut, tanpa terkecuali. Pemikiran ini membuat saya menjadi kaku dan berpikiran sempit. Sering kali saya berpikir bahwa amanah dan tanggung jawab yang saya emban membuat saya kelelahan, egois, dan memaksakan orang-orang di sekitar saya untuk memahami hal tersebut. Hal ini membuat saya menjadi seseorang yang sering mengeluh dan tidak peka terhadap perasaan di sekitar saya. Membuat saya menjadi pribadi yang arogan dan berusaha menjadi yang paling hebat.

Hingga suatu ketika, jenjang sebagai seorang senator merubah perspektif saya dalam memaknai suatu kehidupan berkemahasiswaan. Tanggung jawab sebagai seorang senator banyak mengajarkan saya untuk belajar ikhlas, menikmati setiap langkah yang diambil, dan mengabdi untuk banyak orang. Ketika menjadi senator inilah perlahan cap aktivis dan pasivis yang saya sematkan pada individu berubah menjadi bagaimana caranya bisa lebih dekat dengan mereka dan tentunya membuat mereka tertarik dengan apa yang kita lakukan. Mencoba memposisikan diri menjadi mereka, memahami keluh kesah dan perasaan mereka. Penuh perjuangan, tapi sangat mengajarkan saya untuk terus tersenyum dan menjadikan segala hal nya menjadi sederhana serta menyenangkan. Jumlah kuantitas kerja sebagai seorang senator memang sangat melelahkan, tetapi melalui renungan yang panjang akhirnya saya mengerti bahwa apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada teman-teman dan adik-adik saya nantinya, agar terus mendapatkan manfaat seperti apa yang saya dapat saat ini. Apalagi jika dikaitkan dengan hal yang bisa kita lakukan untuk lingkungan dan bangsa ini. Saya rasa meskipun sangat kecil dan sedikit, saya bisa memberikan tenaga saya untuk membangun negeri ini lewat cara dan aktivitas saya. Saya cukup berubah sebagai individu, tidak lagi ambisius dalam mengejar berbagai macam target kehidupan, tetapi lebih memilih untuk menikmati setiap momennya dan menyadari perbedaan individu dalam memandang suatu hal. Membawa segalanya menjadi menyenangkan dan kembali menjadi Adityo yang slengehan tapi tetap berpikir.

Melalui pemikiran-pemikiran tersebut, saya mulai merasa bahwa KM-ITB ini telah memberikan banyak hal pada saya. Menjadi tanggung jawab saya untuk menjaga dan terus membangunnya. Saya sempat menjadi ketua tim konseptor pemenangan Calon Presiden Ari Tim SUPER saat PEMIRA KM-ITB 2012 namun kami gagal menjadi pemenang. Saat itu sejujurnya saya sudah merasakan jenuh dan ingin beristirahat dari dunia organisasi mahasiswa. Tetapi, rasa terima kasih terhadap KM-ITB yang teramat dalam, akhirnya mengantarkan saya sekali lagi menyetujui untuk mengemban amanah menjadi Menteri PSDM KM-ITB ketika dibujuk oleh sang Presiden terpilih. Lewat Kementerian PSDM KM-ITB, saya sekali lagi memperoleh kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi kampus dan bangsa ini. Ruang lingkup kegiatan PSDM yang berkutat pada kegiatan kaderisasi membuat saya bisa berkontribusi bagi KM-ITB dan bangsa dalam membangun generasi masa depannya. Lewat keikhlasan dan pengabdian yang telah saya dapatkan, serta pelajaran kehidupan yang telah membangun mental saya sebagai seorang individu.




Saya sangat bersyukur di akhir perjalanan saya sebagai mahasiswa dalam KM-ITB, karena saya rasa hampir semua jenjang kemahasiswaan ini sudah pernah saya coba jalani. Saya pernah ada di tataran eksekutif dan legislatif, pernah ada di kepanitiaan dan himpunan. Kemudian saya juga bersyukur karena dapat mengenal banyak teman, memiliki sahabat yang baik, bisa tetap bermain basket di himpunan dan mengikuti kompetisi GBS. Lulus dengan predikat sangat memuaskan, serta masih bisa membangun idealisme saya di luar kampus. Bisa membagi waktu saya dengan baik dan tetap bisa menepati janji saya pada orang tua.

Saat ini saya sudah bekerja. Ilmu dan pengalaman saat saya berkemahasiswaan jauh lebih banyak saya gunakan untuk menghadapi masalah-masalah di dunia kerja. Saya banyak berhadapan dengan birokrasi pemerintah daerah, dinamika politik, kemudian kemandirian dalam bekerja dan langkah taktis dalam berpikir. Semua itu saya dapatkan dari dunia kemahasiswaan. Selain itu saya juga mendirikan sebuah LSM bernama Akarumput Indonesia yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat miskin. Selain untuk tetap berkontribusi terhadap bangsa ini, LSM ini selalu menjadi simbol pengingat saya dalam menjaga idealisme dari saat menjadi mahasiswa hingga suatu saat nanti. Akhir kata satu hal yang perlu saya ungkapkan untuk menutup semua cerita di atas, 

Terima Kasih KM-ITB.

Kaderisasi KM-ITB

Ketika selesai menjalankan amanah sebagai Menteri Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) KM-ITB periode 2012-2013, saya sering mendapatk...